Burn Out? Mampir sini bentar…

Kalau kata internet sih burn out atau job burn out itu semacam sindrom yang disebabkan rutinitas pekerjaan dan bisa mengakibatkan stres atau depresi. Sepertinya sindrom semacam ini bisa menyerang siapa aja ya.. Direktur, manajer, bahkan satpam juga bisa kena kalau udah urusannya sama rutinitas. Ya namanya manusia. Ada kalanya semangat naik, ada kalanya semangat turun. Harga emas aja kadang naik kadang turun kok… #eh

Efeknya kalau udah burn out itu katanya mudah capek, nyeri, mudah emosi, sensi-an, rasanya pengen nyolot aja. Dampak lebih jauhnya akhirnya merosot deh prestasi kerja. Datang kantor telat, pulangnya paling awal. Deadline dimolor-molorin, males-malesan dan sebagainya. Intinya produktivitas menurun deh.

Biar nggak burn out gimana donk?

Continue reading

Ng-alam

Dulu pas masih seneng-senengnya naik gunung, bisa sebulan satu atau dua kali naik. Pertama kali naik gunung kalau tidak salah medio 2001. Sabtu sore pulang sekolah berangkat dengan sepeda motor, sampai basecamp malam hari. Istirahat sejenak lalu tancap gas menuju puncak. Esok siang atau sore sudah ada di basecamp lagi.

Awal-awal naik gunung, gak terlalu memperhatikan style alias gaya. Bahkan naek gunung masih dengan celana seragam abu-abu dan sandal jepit swallow pun pernah. Makan juga cuma indomie sarden udah cukup. Baru mikir kalau naik gunung itu juga perlu style setelah ketemu pendaki seorang diri dari Bandung yang gabung rombongan kami. Tahun 2002 Gunung Slamet kalau gak salah. Memang bener kata dia. Naik gunung itu harus “nyetil” istilah jogjanya. Biar enak dipandang. Butuh juga bekal2 yg asyik, biar enjoy dan tetap sehat di gunung. Akhirnya semenjak itu, “aib” bagi kami naek gunung nggak pakai celana lapangan. Apalagi sandal swallow. Bekal pun tak hanya indomie sarden. Telor, tempe, sayur mayur, bawang, cabe, keju, coklat, bahkan tepung terigu buat bikin pancake di gunung pun kami bawa. Makan sop sayur hangat dengan lauk tempe goreng dan pancake sebagai hidangan penutup, udah jadi hal biasa sejak itu. Tahun segitu belum banyak bumbu-bumbu instan, brader. Belum banyak pilihan lauk pauk instan yang diawetkan. Jadi bener2 serasa membawa makanan rumahan fresh ke gunung.

Meski saat itu senang bermain di alam, tak pernah terbayang kalau kelak kemudian bakalan kerja di tempat yang erat kaitannya dengan pemandangan alam yang asyik buat cuci mata.

Continue reading

Belanda Memang “Gila”

Mengawal kegiatan pemetaan areal perkebunan dengan foto udara membuat saya berpikir bahwa Belanda memang “gila”. Dalam aktivitas ini saya harus ikut jalan-jalan ke areal2 kebun peninggalan walondo… IT bukan cuma coding dan duduk di depan komputer brader… wehehehe…
Hitung2 sejenak melepas kebosanan akan macetnya jalur sidoarjo-surabaya… :p
Lumayan juga buat bernostalgia masa lalu saat masih sering naik gunung…

Dari “jalan-jalan” dan melihat hasil foto udara, saya berpikir Londo dulu memang “keren” bisa mengetahui daerah ini cocoknya ditanami pohon ini itu. Daerah yang mungkin dulu dianggap sebagai daerah antah berantah pun dijelajah dan dipelajari kesesuaian tanamannya kemudian ditanami dengan tanaman. “Hasil kerja” mereka itu masih bisa dilihat dan dinikmati bangsa kita hingga sekarang. Belum lagi kalau kita ngomong masalah jalur rel kereta api “karya” mereka. Wuiih…

Continue reading

Aku menulis, maka aku ada

Dulu waktu kecil saya sering mainan mesin ketik Bapak saya buat nulis2 semacam cerpen dan semisalnya. Sempat juga sih dikirim ke tabloid Gatotkaca. Tapi cuma ngirim, tanpa pernah dimuat. Sekadar info, tabloid Gatotkaca itu “underbow” nya koran harian Kedaulatan Rakyat. Itu tuh, koran yang melegenda di rakyat ngayogyakarto dengan rubrik Sungguh Sungguh Terjadi-nya yang fenomenal. Letak rubriknya di pojok kanan bawah.

Mungkin karena terbawa kesenangan bermain mesin ketik itu akhirnya membuat saya senang dengan kegiatan menulis. Entah ketika pelajaran Bahasa Indonesia atau menulis di blog. Sudah beberapa kali punya blog yang jadi ajang iseng menulis. Alhamdulillah jumlah pengunjungnya selalu stabil. Stabil di bawah maksudnya.

Continue reading

Rica-rica Mentok Purworejo, simpel namun aduhai…

Bacanya “mentok” (huruf e dibaca seperti membaca “preman”) atau kadang disebut “entok”… hewan sejenis bebek yang menurut saya sih dagingnya tidak seamis bebek.. 

Menu sederhana dari kota asal bapak saya.. menu sederhana namun berjuta kenangan. Karena rasanya yang khas membuat kangen untuk menyantapnya lagi. Rasanya yang khas kok belum saya temukan pada rica-rica selainnya (menurut lidah saya sih).. 

Oh iya.. menu ini tidak beli.. lha wong suguhan di rumah Pakde… hampir di semua rumah pakde/budhe menghidangkan sajian mentok.. rica-rica salah satu variannya… #ricarica #mentok #entok #food 

Angkringan yang kurang “ngangkring”

Late post tentang angkringan… Beberapa hari lalu saya menyantap hidangan ala angkringan di resto daerah jogja utara yang sama sekali tidak “angkringan”…
“Angkringan” yang dikonsep modern dengan menu yang terbilang bejubel dan biasanya justru tidak ada di angkringan tradisional… sebut saja sate sosis, rica ceker, sayuran, nasi kikil, nasi cumi dan lainnya… Jangan harap suasana remang yang diliputi gelak tawa pengunjung sambil lesehan… tidak ada semua itu di sana… yang ada adalah meja kursi kayu berjejer dan sajian live music… Segmen yang berbeda tentu saja yang menciptakan konsep ini…menyasar calon pengunjung yang membawa rombongan keluarga, anak kecil, dan orang tua. Dimana tentu saja agak musykil diajak ke angkringan tradisional… Anda pilih mana? Kalau saya, pilih semuanya.. tergantung bersama siapa kita ke sana dan bergantung suasana seperti apa yang kita harapkan.. 
Btw, saya sudah sengaja menyantap menu yang semirip-miripnya dengan angkringan tradisional supaya feel nya dapet.. nasi kucing sambel teri, nasi kucing oseng tempe, sate usus, sate brutu, mendoan, krupuk, kepala ayam, dan teh tubruk.

Walau begitu masih saja saya gagal mendapatkan feel angkringan tradisional. Kenapa? Karena teri disambelnya hampir tak terlihat. Usut punya usut ternyata memang dijual pula sambel teri secara terpisah kalau merasa kurang dengan sambel di nasinya… oh meeeeeeen!!!

Kegiatan Yang Dilakukan Sebelum Ada Gadget Untuk Mengisi Waktu Pas Nunggu

Artikel ini sebenarnya saya tulis di sebuah thread kaskus yang link aslinya ada di sini. Saya publish di blog ini tanpa ada saya ubah tata bahasanya. Biar lebih asyik… (halah, alesan…padahal emang dasar males ngedit kata per kata…)  😀  Silakan simak.

****

Maaf gan kalau judulnya agak mbingungin… Intinya ane pengen share aja, apa sih kegiatan pada saat dulu (sebelum ada gadget) yang digunakan untuk ngisi waktu pas lagi nunggu sesuatu. Bisa nunggu antrian, nunggu bis, nunggu tiba di tujuan pas lagi naek kereta/bis atau nunggu lainnya.

Kan kalau sekarang, bosan dikit pasti langsung ngeluarin Hape atau Tablet kan? Salah tingkah dikit pas di tempat umum, langsung ngeluarin hape pura2 baca SMS… Hehhee… Kalau jaman dulu gimana ya? Continue reading