Buatlah IT Disaster Recovery Center Walau Sekadarnya

Secara umum, IT Disaster Recovery Center (DRC) dapat didefinisikan sebagai pusat data yang menjadi cadangan dari pusat data utama, dimana DRC ini akan aktif apabila pusat data utama mengalami kerusakan. Karena menjadi cadangan dari pusat data utama, diusahakan DRC ini memiliki konten spesifikasi dan data yang sama dengan pusat data utama. Idealnya, DRC Server tidak boleh berada dalam satu lokasi/gedung yang sama dengan pusat data utama. Ada yang bilang, sebaiknya DRC berada minimal 40 kilometer dari pusat data utama. Masuk akal juga sih.

Dalam perjalanan waktu, kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dengan perangkat Server kita. Bisa saja tertimpa musibah bencana alam, atau mungkin sudah waktunya rusak. Atau salah satu kendala menyebalkan, yaitu terjadi pemadaman listrik PLN sedangkan UPS dan generator set mengalami kerusakan dalam waktu yang cukup lama. Apa pun itu, intinya kita tidak dapat memprediksi datangnya masalah. Karena itu lebih baik sedia payung sebelum hujan bukan?

Dengan adanya Server DRC, maka operasional kerja yang menggunakan sistem di Server akan terjaga. Disamping menyelamatkan data yang ada pada Server primary.

IT DRC ini sebaiknya (atau malah wajib) didampingi IT Disaster Recovery Plan (DRP) yang merupakan proses, aturan dan prosedur yang berhubungan dengan persiapan untuk melakukan recovery terhadap infrastruktur teknologi informasi (baik hardware maupun software) apabila terjadi bencana. Lain waktu akan saya tulis juga mengenai IT DRP ini.

Kapan kita sudah butuh IT DRC?

Jika perusahaan Anda sudah mulai menggantukan operasional kerjanya dengan sebuah sistem informasi yang terinstal di Server.

Lalu bagaimana jika Server sudah saya letakkan di tempat lain (co-location) atau Server saya merupakan server yang saya sewa dari vendor? Kan availability server menjadi tanggung jawab vendor.

Jika operasional kerja perusahaan Anda sudah sangat bergantung dengan performa Server, saya katakan maka Anda wajib memiliki server DRC. Karena bagaimana pun juga, vendor dimana kita meletakkan Server tersebut bukan tanpa kekurangan. Tidak menutup kemungkinan mereka mengalami kendala yang akhirnya menyebabkan primary server Anda tidak dapat diakses. Ya kan?

Namun walau begitu, dari pengalaman saya berinteraksi dengan praktisi IT di perusahaan lain, masih saja ada yang menggampangkan IT DRC ini. Beberapa alasannya antara lain masalah biaya. Padahal kita bisa saja meminimalisir biaya dengan men-desain konsep DRC sederhana dengan fungsi yang setidaknya sudah dapat mengakomodir fitur backup otomatis dan recovery-nya.

Lagi pula, jika proses kerja di perusahaan kita sudah bergantung dengan ketersediaan layanan Server, maka biaya untuk membangun DRC tersebut sangat sebanding dengan risiko yang mungkin timbul jika tiba-tiba Server kita down hingga berjam-jam tanpa ada prosedur recovery yang jelas. Belum lagi risiko data hilang, terhentinya proses bisnis, atau waktu yang terbuang hanya karena harus mengerjakan pekerjaan secara manual akibat sistem informasi terhenti. Silakan dihitung sendiri kerugiannya… 😀

Lain waktu saya akan berbagi cerita sedikit mengenai konsep DRC sederhana yang saya bangun bersama tim di kantor. (Baca: IT Disaster Recovery Center Sederhana Dengan Berjuta Manfaat)

Surabaya, 15 Juni 2015

 

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”

Leave a comment